Tangerangexpose.com – POJOK NARASI – Indonesia di hadapkan dengan banyak persoalan dalam aspek ekonomi akibat dari pandemi Covid-19. Kondisi ekonomi di Indonesia nampak memprihatinkan, ekonomi secara global 2020 diperkirakan bisa jatuh seperti depresi 1930, bukan lagi seperti tahun 2008 atau 1998.
Kondisi ini juga memicu penurunan perdagangan bahkan perdagangan internasional. Di Indonesia sendiri berbagai sektor harus terkendala dalam proses operasi, seperti pabrik-pabrik yang harus menghentikan proses operasi karena kondisi tidak memungkinkan.
Kondisi perekonomian di Indonesia dan upaya pemulihannya saat ini menjadi fokus baru dalam upaya penanganan. Trend ekonomi ini menjadi topik kajian Ekonomi dalam Pandemi. Dalam menghadapi pelemahan terhadap ekonomi, diperlukan langkah antisipasi ke depan. Pemerintah tidak bisa tinggal diam, atau stagnan dalam mengambil langkah.
Pelemahan ini bisa diantisipasi dengan beberapa kebijakan. Pertama Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Kemudian pelonggaran PSBB dan PPKM secara berhati-hati, mall, pasar, kantor sudah mulai dibuka di masa transisi.
Selain melakukan pemulihan melalui jalur kebijakan, pihak pemerintah juga bisa memberikan bantuan terhadap masyarakat. Bisa dengan stimulasi daya beli masyarakat, yang tidak hanya bertumpu pada bansos. Lalu kembangkan aktivitas masyarakat. Percepat realisasi stimulus fiskal. Serta memberikan bantuan kepada UMKM dan lainnya.
Rintangan Pemulihan Ekonomi Tahun 2021
Walaupun tindakan pemulihan ekonomi menjadi hal yang harus segera dicanangkan, tidak dapat dipungkiri apabila dalam upaya pemulihan tersebut menemui rintangan. Bahwa upaya pemulihan ini bukan perkara yang mudah.
Penopang pertumbuhan ekonomi cenderung rendah, dilihat dari rendahnya konsumsi rumah tangga. Dimana konsumsi rumah tangga yang menjadi tumpuan 60 persen bagian dari PDB. Selain daya beli, minat belanja masyarakat juga menurun. Sekarang orang kalo punya uang cenderung akan dia tabung.
menurut teori keseimbangan ekonomi makro, pada dasarnya masyarakat dibagi dalam dua sektor, yaitu sektor usaha dan sektor rumah tangga. Sektor usaha menghasilkan barang dan jasa yang dijual kepada sektor rumah tangga, sedang sektor rumah tangga meyediakan faktor-faktor produksi: tenaga, modal, tanah, dan kewirausahaan.
Atas penyediaan faktor-faktor produksi ini, sektor rumah tangga menerima penghasilan berupa upah, bunga, sewa, dan laba. Penghasilan ini selanjutnya oleh sektor rumah tangga dibelanjakan untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi sektor usaha.
Berdasarkan gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa seluruh penghasilan yang diterima sektor rumah tangga akhirnya akan kembali lagi ke sektor usaha. jadi ada saling ketergantungan antara kedua sektor tersebut.
Pengeluaran sektor rumah tangga memberikan penghasilan pada sektor usaha, dan pengeluaran sektor usaha memberikan penghasilan kepada sektor rumah tangga. Ada kemungkinan uang yang diterima oleh masing-masing sektor tidak seluruhya kembali karena mengalami kebocoran, mengalir ke tempat lain, dan ada juga uang yang memasuki perputaran karena disuntukkan ke tempat lain.
Ada tiga sektor lain yang mengakibatkan kebocoran dan dapat melakukan penyuntikan, yaitu sektor keuangan, sektor pemerintah, dan sektor luar negeri.
Sektor keuangan dapat mengakibatkan kebocoran melalui tabungan. Penghasilan sektor rumah tangga yang ditabung tidak mengalir kembali ke sektor usaha. Sektor keuangan dapat melakukan suntikan melalui investasi yang dilakukan sektor usaha.
Sektor pemerintah mengakibatkan kebocoran melalui pajak, karena dengan pajak ada sebagian penghasilan sektor rumah tangga yang tidak mengalir kembali ke sektor usaha. Pemerintah melakukan suntikan melalui pengeluaran pemerintah, karena sektor usaha menerima penghasilan dari pembelian yang dilakukan pemerintah.
Sektor luar negeri mengakibatkan kebocoran melalui impor, karena sebagian penghasilan yang diterima sektor rumah tangga mengalir ke luar negeri, Sektor luar negeri melakukan suntikan melalui ekspor, karena sektor usaha akan menerima penghasilan dari luar negeri.
Adanya ketiga sektor lain tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar yang sederhana ini sangat berguna dalam menunjukan kekuatan-kekuatan dasar yang akan membentuk ekonomi masyarakat. Apabila jumlah kebocoran sama besarnya dengan jumlah suntikan, maka dikatakan bahwa masyarakat telah mengalami keseimbangan ekonomi makro. Jumlah pengeluaran sama dengan jumlah penghasilan. Pendapatan masyarakat tidak naik atau turun. Secara lebih sederhana, perputaran uang tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bak mandi.
Dengan kondisi pandemi saat ini, hampir semua lembaga baik daerah, nasional maupun international melakukan reka ulang perencanaan mereka karena adanya target-target yang tidak mungkin lagi direalisasikan, serta program-program yang tidak mungkin dilaksanakan.
Bank Dunia dan IMF tengah melakukan revisi target pertumbuhan ekonomi global hal itu diungkapkannya seiring wabah yang melemahkan sendi-sendi ekonomi dunia. Begitu juga yang dilakukan saat ini oleh Pemerintah Kota Tangerang dalam merevisi Rancana Pembangunan Jangka Menangah Daerah (RPJMD).
Hal ini menjadi babak baru untuk pemerintah Kota Tangerang dalam menyelaraskan keseimbangan ekonomi serta taget dan capaian pemerintah Kota Tangerang di masa transisi pemulihan ekonomi saat ini.
Penulis : M Toha
Ketua PA GmnI Kota Tangerang